Saturday, August 4, 2012

Kupu-kupu


Dengan wujud buruk rupa ku ini, hampir semua makhluk di bumi ini membenci dan menjauhi ku. Setiap hari aku pun mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan. Aku selalu diejek dicaci maki, aku pun mulai tak tahan dengan kondisi kehidupan ku kini. Rasanya hidup  ku tak lagi berarti dan tak ada gunanya lagi aku hidup.
Suatu hari ketika aku berjalan di sebuah dahan yang cukup rindang, aku bertemu dengan kumbang. Dan dia pun bertanya kepadaku, “hay ulat ada apa denganmu, kenapa kau tampak murung ?” Dengan nada lirih aku pun menjawab, “aku tak tahu harus bagaimana lagi mbang, rasanya aku tak lagi punya tujuan hidup. Semuanya membenciku mereka selalu mengolok-olok aku hanya karena bentuk fisikku.” Oh, itu ternyata masalah yang membuat mu murung terus. Tenang saja wahai kawan, syukurilah apa yang ada pada dirimu kini. Tuhan itu maha adil lagi maha penyayang, Tuhan pasti punya rencana lain dibalik semua ini. Kau tak perlu minder dengan bentuk fisik mu yang seperti ini. “Baik terima kasih kawan, mungkin hanya kaulah teman yang paling mengerti diriku.
Akan tetapi lambat laun aku pun mulai sadar, hidup memang tak selalu sempurna begitu pun dengan ku. Syukurilah apa yang ada kini, hanya usaha keraslah yang mampu mengubah kehidupannku ini.
Tak terasa waktu terasa mulai beranjak dan aku tak menyadari perubahan bentuk tubuhku. Aku pun mulai menyadari ada sesuatu yang aneh, bentuk tubuh ku berubah. Tapi perubahan ini malah membuatku semakin minder dan semakin putus asa. Aku merasa tubuh ku ini semakin buruk jika dibandingkan ketika pertama diriku lahir kedunia ini. “Oh, tidak .....! teriak ku dalam sepinya malam. Apa lagi yang terjadi pada ku lagi Tuhan, apakah engkau membenciku sehingga Engkau buat tubuh ku seperti ini?” Hampir setiap hari ku menangis dan meratapi hidup ku ini, seakan tak ada artinya lagi aku hidup. Hidupku semakin sepi hanya berteman dengan lirih nya suara angin malam, tak terasa akupun mulai terlelap setelah beberapa waktu ini kurang tidur.
Mentari mulai menampakkan senyumnya di ufuk barat sana, seolah menyapa diriku yang sedang sedih. Dengan mata yang masih sedikit terpejam, aku mulai terbangun dari tidur ku. Karena mata ku belum sepenuhnya terbuka, aku tak melihat kalau di depan ku itu tak ada lagi dahan untuk ku tatih. “tolong .,., (teriakku)”. Dan tak ada satupun yang mendengar teriakkanku. Tubuh rentaku ini mulai mendekati tanah, entah apa yang akan terjadi pada tubuh ini kalau nanti berbenturan dengan kerasanya tanah.  Begitu aku bangun, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Bentu tubuh ku yang dulu buruk rupa sekarang berganti.  Tapi ini seperti mimpi, tubuh ku malah melayang . Dalam hatiku pun berkata, ada apa denganku  Tuhan? Apakah kau mendengar do’a ku selama ini? Mungkin benar kata kumbang, Tuhan memang adil dan pasti punya rencana untuk semua makhluknya.
Sekarang hidupku tak lagi diselimuti dengan kesedihan tak ada lagi yang mengolok-olok dan mengejekku lagi. Bahkan semuanya malah memujiku dan seolah-olah mendewakan aku karena bentuk tubuh ku kini yang sudah berubah. Tubuhku kini tak lagi buruk, sekarang aku bisa terbang karena tubuhku mempunyai sayap seperti bidadari dan tergambar lukisan yang indah di sayap ku itu. Akupun sangat bahagia dengan anugerah yang telah diberikan kepadaku, sekarang akupun mulai tahu apa arti dari sebuah kehidupan. Syukurilah apa yang ada kini dan selalu berusahalah dan jangan putus asa menjalani kerasnya kehidupan. Karena sesungguhnya Tuhan mempunyai rencana lain di balik kesusahan makhluknya.


Friday, August 3, 2012

Diriku


Tak terasa ayam jago sudah mulai berkokok, setelah terlelap semalaman karena lelah yang tertahankan menjalani rutinitas hari kemarin. Jam baru menunjukkan pukul 03.00, tapi aku harus lekas beranjak dari tempat tidur ku. Kalau kesiangan bisa-bisa aku tak akan dapat uang sepeserpun dan itu akan menjadi kerugian besar bagi diriku. Kamar mandi menjadi tempat sasaranku, kuambil segayung air dan kubasuh muka yang masih setengah sadar. Lalu  aku lekas beranjak untuk mulai menata semua perlengkapan yang akan digunakan untuk memasak. Ku mulai dengan menyalakan tungku yang sudah reot, usia tunggku ini mungkin hampir sama dengan usia ku kini. Mulai kusiram sedikit minyak tanah agar tungku cepat menyala. Sembari menunggu tungku itu membara, perhatianku kualihkan ke bahan – bahan makanan yang belum terjamah. 

Tak terasa mentari di ufuk timur pun suda mulai menari, seolah menghiburku yang dari pagi buta lebih dulu berkubang dengan pekerjaanku. Ini berarti pertanda diriku harus lekas beranjak ke pasar untuk menjajakan makana yang telah ku persiapkan. Iya, semua masakan memang sudah tersaji di meja dan siap untuk ku tata di gerobak. Sembari menata semua masakan ke gerobak sembari aku berdoa, semoga dagangan ku laris terjual dan berkah bagi diri dan keluargaku.

Dengan langkah penuh semangat diriku mulai menuju pasar, rasa letih itu seolah tidak aku rasakan. Mungkin semua itu terabaikan oleh semangat diriku yang menggebu. Setelah berjalan beberapa puluh meter, akhirnya aku pun sampai juga di pasar. Tak menunggu lama-lama aku pun langsung menata dagangan dan mulai memasang tenda serta tidak lupa meja dan bangku untuk tempat makan pelanggan. 

Tidak bisa dipungkiri pasar merupakan nadi kehidupan bagi ku dan bagi sebagian besar penduduk di sekitar pasar itu. Setiap hari sebagian dari kami menggantungkan hidupnya dari jual beli dan jasa di pasar. Ada yang berdagang makanan seperti diriku, berjualan pakaian, sembako bahkan ada pula yang menawarkan jasa sebagai kuli angkut barang. Semua itu mereka jalani tanpa rasa mengeluh walau pun sama seperti ku yang harus rela bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan dagangannya. Semua memunyai harapan yang sama, berharap dagangan mereka laku dan bisa  membawa pulang uang bagi keluarga mereka.

Sembari menunggu pelanggan menghampiri lapak daganganku sembari pula aku berpikir tentang nenek-nenek renta yang ada depan pandanganku. Iya nenek itu berada beberapa meter dari lapak dangan ku. Aku sungguh kagum dengan nenek itu, walau di usianya yang sudah senja beliau masih punya semangat untuk tetap bekerja. Padahal wanita seusia dia harusnya sudah tidak lagi bekerja bahkan seharusnya dia tinggal dirumah menikmati hari tuanya. Mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan di usianya yang senja di amsih tetap bekerja. Memang benar nenek ini hidup sebatang kara, setelah dia ditinggal oleh anak tunggalnya merantau. Sudah 20 tahun anaknya pergi ke ranah rantau dan belum pernah kembali. Dan 2 tahun setelah kepergian anaknya merantau, dia pun ditingggal oleh suami tercinta untuk selama-lamanya. Sungguh terharu aku mendengar cerita itu dari Ibu-ibu di pasar yang mengenal dia. Akan tetapi dia tidak pernah mengeluh dan ingin dikasihani oleh orang lain.

Cerita nenek tadi menjadi motivasi diriku untuk lebih giat dan semangat untuk bekerja. Aku masih muda dan masih punya banyak tenaga untuk bisa lebih dari nenek itu. Dan harapan ku untuk membahagiakan orang tua ku bisa tercapai. Walau mungkin memang berat kalau untuk memberangkatkan mereka ke tanah suci. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Asal kita berusaha dan percaya bahwa kita bisa pasti semua harapan bukanlah isapan jempol belaka. Seperti salah satu sinetron penuh hikmah “TUKANG BUBUR NAIJ HAJI”. Keluarga Haji Sulam yang notabene dari keluarga yang biasa-biasa saja tapi bisa memberangkatkan keluarganya dan dirinya ke tanah suci, bahkan salah satu tetangganya pun diajak untuk beribadah ke tanah suci. Kesungguhan dan keikhlasan Haji Sulam lah yang membuat dirinya mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan. Disetiap malam dan di setiap waktu dia selalu memohon kepada sang khalik serasa berikhtiyar menjual bubur. Dia pun selalu memberi makan anak yatim walau kadang uang untuk modal usahanya lagi kurang, dan terpaksa harus meminjam ke tetangga. Tapi Dia melakukan semua itu dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho dari sang khalik. Walaupun ini hanya sinetron tapi setidaknya bisa menginspirasi ku untuk bisa membahagiakan kedua orang tuaku.

KORUPSI



KORUPSI
Satu kata penuh makna, banyak orang yang membencinya tapi banyak pula yang secara terang-terangan melakukannya. Entah apa yang mereka pikirkan, apakah memang benar semua itu sudah menjadi kebudayaan?
Jadi teringat kehancuran VOC sewaktu berkuasa dan menjajah negeri kita. Dikabarkan VOC bangkrut karena beberapa pejabat di dalamnya terlibat korupsi. Secara tidak langsung mungkin itulah cikal bakal budaya korupsi di Indonesia. Tapi kita tidak bisa sepenuhnya nenyalahkan semuanya kepada sejarah. Kalau memang ada niat dan komitmen yang kuat untuk tidak melakukan korupsi pasti tidak akan seperti sekarang ini.
Sungguh miris kalau melihat kondisi negeri ini sekarang ini, masalah semakin kompleks sehingga praktik korupsi pun semakin merajalela. Bukan hanya dari kalangan elit politik saja, bahkan sekarang sudah merambah ke ranah pendidikan.
Sungguh saya sangat kaget dan kecewa, ternyata kampus yang selama ini saya rasa tidak ada masalah ternyata menyimpan kebobrokan yang menurut saya sungguh memalukan. Padahal kampus merupakan tempat untuk menuntut ilmu agar kita sebagai generasi penerus bangsa bisa meneruskan perjuangan pahlawan kita. Tapi pada kenyataannya sebaliknya, entah mau mengikuti para politikus di DPR sana atau bagaimana saya juga tidak tahu. Para perwakilan Mahasiswa di organisasi himpunan mahasiswa yang selalu menggembar gemborkan slogan anti korupsi, ternyata ada oknum yang melakukan tindakan yang mungkin bisa dikatakan pungli. Tapi apa beda pungli dengan korupsi, toh ujung-ujungnya sama-sama ingin memperkaya diri dari uang yang bukan haknya. Kejadian ini menjadi  tanparan bagi penanggung jawab himpunan mahasiswa tersebut. bagaimana tidak, organisasi yang selama ini menjadi tanggungjawabnya ternyata telah mencoreng namanya sendiri.
Sebenarnya masalahnya mungkin sepele, hanya tentang perbedaan nominal pembayaran biaya perpustakaan. Kalau mahasiswa langsung membayar ke bank, masing-masing mahasiswa dikenakan biaya sebesar Rp 10.000,-. Dan apabila membayar lewat organisasi tersebut, masing-masing mahasiswa harus membayar uang sebesar Rp 12.000,-. Ini dia yang membuat para mahasiswa bertanya-tanya? Karena dari pihak organisasi tersebut tidak menjelaskan perbedaan nominal antara membayar langsung di Bank dengan membayar di organisasi. Lambat laun karena para mahasiswa merasa dirugikan, akhirnya ada yang mengadukan kepada salah satu dosen di kampus tersebut. Dan setelah dilakukan investigasi dan mediasi dengan penanggungjawab organisasi tersebut, akhirnya mulai terdapat titik terang. Akan tetapi oknum yang melakukan tindakan tersebut masih tetap mengelak bahwa dia tidak melakukannya. Dan dia berdalih dia melakukan tindakan tersebut karena diperintah oleh atasanya. Akan tetapi penanggunjawab organisasi tersebut tidak tahu menahu tentang kebijakan pembayaran yang terdapat selisih tersebut.  Dan dosen yang melakukan investigasi kasus tersebut mengancam akan mempidanakan oknum yang melakukan tindakan pungli tesebut.
Selang beberapa jam setelah investigasi, salah satu perwakilan dari organisasi tersebut membroadcast lewat sms. Dimana isi sms tersebut adalah, bagi teman-teman yang sudah membaya uang pembayaran sebesar Rp 12.000,- harap segera ke tempat organisasi tersebut. Karena sisa uang Rp 2.000,- dari nominal pembayaran yang sudah dibayarkan maka dikembalikan kepada masing-masing mahasiwa yang sudah melakukan pembayaran. Sontak saya pun kaget dan campur ketawa dan dalam hati pun berfikir. Pasti mereka takut setelah akan diancam dipidanakan oleh sang dosen tersebut.
Tapi mungkin ini satu dari banyak kasus yang terungkap yang pernah terjadi. Semoga saja ini menjadi kejadian yang terakhir, bukan kejadian terkhir yang terungkap. Akan tetapi kejadian yang terakhir terjadi di kampus ini. Mau jadi apa nantinya para perwakilan mahasiswa tersebut, kalau sejak masih belajar berorganisasi saja sudah belajar sesuatu yang tidak baik. Semoga kejadian ini menjadi bahan introspeksi buat para perwakilan mahasiswa dan dosen semuanya. Tetap semangat untuk menatap hari esok, kebaikan pasti akan menghampiri kita jika kita selalu melakukan hal baik pula begitu juga sebaliknya. Hidup mahasiswa !